Visualisasi Tidak Menjamin Kualitas Individu

Udah super lama gw ga ngurusin blog ini ya.. hehe..


Pada akhirnya gw emang mau nulis lagi. Terutama tentang keresahan gw dengan yang namanya penampilan, pandangan, stigma, atau pencitraan yang banyak sekali menyilaukan mata masyarakat kita sehingga seringkali menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusannya. 

Kenapa juga gw angkat isu ini untuk gw tulis? ya ini sih berdasarkan hasil dari jalan-jalan gw aja. Sebenarnya ini sudah terjadi dalam hidup gw berulang kali, ketika gw di under estimate sama orang, diremehin sama SPG-SPG di mall, dicuekin sama sales perumahan, dan hal-hal lainnya. 



Oke, gw akan mulai menceritakan salah satu pengalaman gw.

Mall

Tempat ini merupakan salah satu tempat dimana sebuah pencitraan, paradigma orang berpikir terhadap orang lain, pandangan masyarakat terhadap masyarakat lain, itu di uji sebenar-benarnya. Tapi seringkali terjadi seperti kebodohan massal di masyarakat kita yang selalu terjebak sama yang namanya rekayasa visual (bahasanya ketinggian nih..kwkwk). Banyak masyarakat kita yang salah menyimpulkan gaya berpakaian orang lain, gimmick, visualisasi dan apa-apa yang bisa terlihat secara kasat mata. Gw pernah punya pengalaman, dan akhirnya dari awal pengalaman ini gw tes aja sampai beberapa kali di mall-mall yang berbeda, hasilnya hampir-hampir mirip 100%. Apa sih yang gw ujikan kepada mereka?

Nih, gw dulu main (sebenarnya ada meeting dengan klien) ke Blok M Plaza di bilangan Jakarta Selatan dengan menggunakan kaos bergambar sebuah band metal, celana pendek dan sepatu sendal. Disamping itu gw juga selalu menggendong tas yang biasanya gw isi barang-barang pribadi termasuk juga kemeja, sepatu, dan celana panjang slimfit ala-ala eksmud (karena gw mau meeting, gw bersiap dengan membawa laptop). Karena gw datang masih terlalu awal, maka gw taruh barang-barang itu di mobil, gw main-main dulu santai sambil nyari makan. Kebetulan, ketika gw jalan dekat pintu masuk depan (yang menghadap ke Little Tokyo), ada yang sedang menjajakan jasa untuk bikin kartu kredit (kalo kata Kasino Warkop, kartu bebas miskin - RED). Gw kebetulan pas lewat situ ada telepon dari klien gw, dan konsentrasi gw terbagi dengan telepon tersebut. Kemudian terjadilah momen gw tidak sengaja menabrak mbak-mbak yang menjajakan jasa kartu kredit tersebut. Sebenarnya tidak nabrak, hanya menyenggol apa yang ada ditangannya sehingga jatuh. Apa reaksinya? Dia melihat gw dari atas sampai bawah (mungkin liatnya dari mulai topi, kaos, celana, sampe sepatu sendal belel gw), dan gw sangat terkejut dengan  apa yang dia ucapkan. "Heh, dek kalo jalan liat-liat dong! Ga punya duit jangan main disini, kayak orang ga sekolah aja sok main disini!" ........ Ini gila, gw pikir. Gw hanya nyenggol dia, dan yang jatuh pun kertas, bukan beling atau hp yang bisa pecah atau rusak seketika, tapi reaksinya begitu diluar dugaan, berbanding terbalik dengan wajahnya yang anggun. Gw langsung mikir, apa gw segembel itu? muka gw semuda itu? sehingga dia bisa seenaknya bilang "dek" terus bilang ga punya duit dan sebagainya? geloo...

Akhirnya dari situ gw pun melanjutkan perbincangan di telepon. Setengah jam kemudian datang klien gw, dan gw sudah bersiap untuk meeting, dengan pakaian yang lebih formal dan parlente menurut versi gw..hehehe... Meeting berlangsung lancar jaya, dan kebetulan si klien ini tidak menggunakan mobil pribadi melainkan taksi. Akhirnya dia gw antarkan sampai kedepan pintu yang bisa menunggu taksi. Dia pun naik taksi dan gw hendak kembali ke parkiran lewat dalam mall nya. Disini gw terkejut lagi dengan apa yang gw dapati didepan muka gw ketika itu. Si mbak-mbak tadi yang mulutnya tidak disekolahkan, tiba-tiba ada didepan gw dengan muka yang sangat manis (tapi keliatan bego tetep), dan tiba-tiba menawarkan kartu bebas miskin produknya dia ke gw. Nah, gw langsung mikir, gw tanggepin aja deh ini dengan gaya gw yang sangat sengak, biar gw kasih pelajaran sekalian..hehehehe...percakapannya agak panjang, tapi gw tulis kalimatnya seinget gw, dan intinya saja langsung. 

"Misi pak, kami ada penawaran..bla..bla..bla.. (bayangin aja lagi promosi produk ya)...Apakah bapak berminat? jika ya, bisa kami minta data-datanya?"

gw bilang, "oh boleh saja. tapi apa saya akan dilayani dengan baik?" 

Dia bilang lagi "sudah tentu kami akan melayani dengan baik dan ramah."

Nah, ini dia saatnya, "ramah ya mbak? Kalo misal anda digodain atau ditabrak orang secara tidak sengaja, apa mbak  juga akan ramah dengan orang tersebut?" gw langsung tembak. 

"tentu saja, itu bagian dari servis kami. Apapun yang terjadi, kami harus tetap membuat orang lain bahagia dengan kami" kurang lebih begitu dia berkata, detailnya gw lupa. 

"terus menurut mbak, saya pantas mendapat pelayanan baik tersebut?" 

"Oh sudah tentu bapak, kami melayani setiap nasabah kami dengan baik untuk memberikan yang terbaik" lanjut mbaknya percaya diri. 

"Tahu darimana mbak saya  punya uang banyak sampai harus ditawarkan kartu kredit seperti ini? memang mbak melihat ada yang berbeda dari orang lain disini, sehingga saya harus menjadi orang terhormat yang terpilih untuk mbak tawari kartu ini?" gw nyerocos aja terus. 

"Penampilan bapak sudah menjadi tanda bagi kami bahwa bapak pantas untuk kami tawari produk kami Pak." lanjut dia tanpa dosa.

"terus kalo yang orang-orang pakai kaos oblong, celana pendek, pake topi, dan bikin masalah kecil, itu ga pantes ditawari seperti ini?" kata gw lagi.

"kami memperlakukan sama dengan semua orang yang ada disini" kata dia lagi.

"yakin mbak melakukan hal seperti itu?" tadi sepertinya saya lihat mbak tidak menghiraukan bahkan sempat memaki orang yang pakaiannya sangat santai dan tidak formal seperti saya" 

Disini dia mulai agak curiga, kenapa gw tahu kejadian yang belum lama terjadi dengan dirinya. Tetapi dia berusaha untuk tetap profesional melayani (ngehe fake banget ini..wkwk..).  Dia pun berkelit dengan berbagai macam alasan, dan akhirnya gw bombardir langsung dengan super tengil, belagak kayak orang tajir, dan suara lantang biar semua orang dengar (karena kebetulan gw demen untuk jadi pusat perhatian..haha..).

"Eh mbak, yang tadi saya bilang itu, itu saya sendiri lo tau ga? gw tadi lewat sini dan tidak sengaja nabrak elo, dan lo langsung maki-maki dengan manggil gw dek, ga punya duit, dan ga sekolah.." "lo tau dari mana gw lebih muda dari lo? lo tau darimana gw ga punya duit? lo tau darimana gw ga sekolah? cuman dari cara gw berpakaian yang lo pikir butut itu gw ga punya duit? ga sekolah? EMANG!!!" oh, ngga..ngga.. becanda...wkwkwk...

Ini yang seriusnya "lo tau dari mana gw lebih muda dari lo? lo tau darimana gw ga punya duit? lo tau darimana gw ga sekolah? cuman dari cara gw berpakaian yang lo pikir butut itu gw ga punya duit? ga sekolah?"

"Gw kasih tau lo ya, dompet gw, mau gw pake kaos kek, mau pake pakaian formal gini kek, jumlah nya tetep sama. Lo pikir umur lo berapa main bilang-bilang gw dek aja? dan asal lo tau, gw kuliah udah pascasarjana, dan lebih tinggi dari lo pendidikannya, tau lo!" sambil gw keluarin Kartu Mahasiswa gw, gw mikir, ini harusnya udah benar yang gw lakukan, sombong terhadap orang sombong tapi kurang pinter dalam menentukan visualisasi orang lain itu kadang perlu, untuk mengingatkan dia, diatas langit masih ada langit. 

"Lo baru begini doang udah menghina orang sampai sebegitunya, gimana nanti kalo jadi bos lo? Congkak banget pasti. Lo pikir kalo gw pake celana pendek, topi, kaos, sama sepatu sendal belel gw ga mampu untuk bayarin ini kartu kredit? Jangankan  kartu kreditnya, Se- Elo-elonya gw beli!!" gw bersuara sangat lantang dan itulah kata pamungkas yang biasa gw lontarkan ketika gw di underestimate bahkan dihina seperti ini.

Pecahlah sebuah tangisan diiringi oleh rasa malu, karena gw sukses mendatangkan audiens yang cukup banyak, dan pastinya....Keeeepoooo plus sok tauuuuu...hahahaha...tipikal orang sini banget ya, kepo dan sok tau...wwkwkwk..Akhirnya gw batal (emang ga ada niatan bikin kartu kredit) dan langsung tinggalin itu mbak-mbak yang masih shock..

Disini pelajaran yang bisa diambil menurut gw adalah, tolonglah hargai setiap orang dengan apapun yang mereka punya, apapun yang tertempel di dalam diri mereka. Semua orang punya hak yang sama loh untuk mendapatkan pelayanan. Banyak saudara-saudara kita yang keblinger untuk masalah citra diri seseorang. Pakaian bersih, formal, parlente, belum tentu isi dompetnya sejalan. Sebaliknya, yang santai-santai pun kali aja isi dompetnya lebih tebal daripada orang-orang sok kaya ini. Karena biasanya sepengetahuan gw, orang-orang disini yang udah kaya dari sono nya, gayanya bakal biasa-biasa aja cenderung santai dan ga neko-neko kalau jalan ke mall atau kemanapun, kecuali acara-acara formal tentunya. 

So, marilah kita saling menghargai orang lain dengan tidak membeda-bedakannya dari caranya berpakaian, caranya bertutur kata dan sebagainya, karena kita semua makhluk Tuhan, yang dimata Tuhan pun nilainya sama, tidak ada bedanya. 

fin

Komentar

Postingan Populer